Rabu, 09 Juli 2008

Latar Belakang P2KP


Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. [Dikutip dari : Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober 2005]

Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu.
Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuk, seperti antara lain :

* Dimensi Politik , sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi;
* Dimensi Sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada,terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai kapital sosial;
* Dimensi Lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman;
* Dimensi Ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan
* Dimensi Aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan, dan sebagainya.

Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.

Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam ‘melembagakan' dan ‘membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran.

Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat.
»»  SELENGKAPNYA.....

Jumat, 04 Juli 2008

PAKET 2007 Desa Gempolsewu Selamat Tinggal Blethok.......


Etiana (15 th) siswi kelas 3 SMP 2 Weleri asal Dukuh Tawang Laut Desa Gempolsewu kini tak lagi menjinjing sepatu agar tak kotor terkena becek saat kesekolah. Pasalnya, jalan sepanjang 2 km yang merupakan satu-satunya jalan menuju sekolah telah dibeton meskipun separo. Sebelumnya, saat jalan becek apalagi habis hujan anak-anak Tawang Laut (nama dukuhnya), anak-anak negeri sudah pasti belepotan tanah jika blethok (jawa: becek sekali) sekali melewati jalan diatas tanggul yang hanya selebar dua jengkal tangan manusia dewasa.

Hitungan 2 km adalah jarak dari rumah mereka di Dusun Tawang Laut sampai di TPI(Tempat Pelelangan Ikan). Dari TPI masih naik angkot kira-kira 1 km. untuk sampai ke TPI anak-anak harus menyebrang pakai perahu sebrangan yang setia dari jam 05.00 sampai dengan 23.00 WIB. Namun jika air laut pasang, tukang perahu sebrang tidak berani mengambil resiko menyebrangkan, wal hasil anak-anak negeri terpaksa harus kembali ke rumah mereka dengan berjalan 2 km dengan berjalan kaki.

Ya, untuk menuntut ilmu setiap hari Etiana dan Karti harus dengan berjalan kaki km (pulang pergi = 4 km).Ini lumrah saja mereka jalani. Maklum,di Dukuh Tawang laut hanya ada sekolah SD, itu saja telah rusak bagian dalamnya. Meski begitu, Eti dan Karti termasuk beruntung. Puluhan gadis seusia mereka harus mencari ikan atau bekerja menjadi pembantu di luar kota lantaran orang tua tidak ada biaya. Satu-satunya lulusan SMA di dukuh Tawang Laut adalah Suwito (42 th) nelayan yang kebetulan terjaring menjadi anggota BKM.

Dukuh Tawang Laut sangat luas terdiri dari 159 KK, dengan jumlah jiwa 579 terdiri dari 4 RT. Pada bulan Februari kemarin beberapa rumah disana terkena musibah angin puting beliung. Wakil Bupati Kendal Hj. Siti Nur Markesi langsung meninjau lokasi dan membagikan beras kepada puluhan nelayan yang tidak bisa melaut beberapa hari. Kebetulan di RT tersebut dana PAKET tidak mencukupi. Wakil Bupati menyarankan agar PAKET 2008 diteruskan sampai dengan RT-RT yang memang terisolasi tersebut, dukungan APBD juga akan dianggarkan. Namun demikian tentu harus melalui Rembug Warga.Jalan sepanjang 1.080.00 m (rencana vol 1.060.00) sangat membantu warga Tawang Laut ke akses ekonomi karena dapat mempersingkat waktu (dulu 11/2-2 jam berjalan sekarang 1 jam), anak-anak sekolah serta menghubungkan desa lain (Ds Sendang Sikucing) bahkan jalan menuju perbatasan Gringsing Kab Batang. Sekarang terlihat banyak orang Gringsing yang ke TPI lewat Tawang Laut, yang dahulu harus memutar. Bahkan karena infrastruktur yang tidak menunjang tersebut ada juga masyarakat yang menyekolahkan anaknya di justru luar Kab Kendal (Gringsing Batang).

Desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari mendapatkan P2KP sejak tahun 2000 (Lokasi Non PNPM). BKM sempat hampir kolaps karena kemacetan di KSM. Akhir Desember 2005 diadakan revitalisai BKM. Tahun 2006 mendapat dana PAKET.

Dari warisan piutang-piutang yang lalu yang masih bisa dikelola hanya Rp. 30.000.000. BKM pun bekerja keras melakukan rescheduling maupun sosialisasi kepada RT/RW tentang persyaratan PAKET yang bersifat reward(penghargaan) kepada masyarakat yang menjalankan prinsip tanggunggugat dengan baik. Hasil dana yang dikelola pengurus BKM berkembang hingga Rp. 65.000.0000. Ada 2 Panitia Kemitraan yang ada, PAKEM Margodadi (Beton Jalan) memperoleh Dana PAKET APBD Rp. 47.000.000 APBN Rp. 47.000.000. Dari rencana rp 103.400.000 menjadi rp 105.539.000 dengan dana swadaya rencana Rp 9.400.000 menjadi 11.539.000.(naik 23%). Sedangkan PAKEM MARGO BHAKTI (Aspal Jalan) memperoleh Dana PAKET APBD Rp. 42.750.000 APBN Rp. 42.750.000. Dari rencana RP 94.000.000 menjadi Rp 105.175.000 (12%). Adapun swadaya yang diperkirakan Rp 8.500.000 menjadi Rp 19.675.000 (naik 131%).

»»  SELENGKAPNYA.....

Kamis, 03 Juli 2008

Paket P2KP Kendal diusulkan terbaik se-Indonesia


Pavingisasi, Swadaya Warga Desa Bumiayu Rp. 233 Juta

Menengok ke belakang – atau kisaran 2-3 tahun silam, Bumiayu merupakan sosok desa yang bias dikategorikan tertinggal jika dibandingkan dengan desa-desa yang lain diwilayah Kecamatan Wleri, Kendal. Ketertinggalan itu misalnya pada sector pembangunan.

Ketika itu, sebagian fasilitas jalan perkampungan masih berupa tanah, dan penataan sanitasi belum optimal. Namun saat ini perubahan cukup signifikan telah terjadi di desa yang menaungi enam dukuh tersebut. Jalan tanah telah tertutup dengan paving dan cor semen yang rata dan nyaman dilewati.

“Seiring dengan pembangunan jalan tersebut, seluruh elemen masyarakat serta pemerintah desa melakukan perbaikan terhadap saluran air limbah rumah tangga di kiri dan kanan jalan,” papar Kades Bumiayu M. Johan disela-sela menerima kunjungan 45 mahasiswa Fisip Undip Semarang dib alai desa setempat baru-baru ini.

Perubahan khusunya dibidang pembangunan di Desa Bumiayu dalam waktu relative singkat tersbut bukan pekerjaan mudah. Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan komitmen serta peran aktif masyarakat. Peran itu dibuktikan warga dalam bentuk sumbangan swadaya dana untuk pembangunan jalan yang dilaksanakan melalui program penanggulangan kemiskinan diperkotaan/pedesaan (Paket).

Sebus saja, kegiatan pavingisasi jalan di Dukuh Lebo yang semula direncanakan sepanjang 1.548 meter itu akhirnya dapat direalisasikan sepanjang 4.818 meter. Dana stimulant yang disediakan program Paket Rp. 83 Juta untuk keperluan pembangunan tersebut, akhirnya bertambah menjadi Rp. 233 Juta atau meningkat 280 %. Peningkatan dana berasal dari swadaya masyarakat.

Besaran swadaya dana dari masyarakat itu, termasuk paling besar dalam kegiatan pembangunan melalui program Paket P2KP. Dari sini pula desa Bumiayu menyandang proyek terbaik kegiatan Paket di Kendal selam dua tahun berturut-turut,” kata Johan.

Laboratorium Sosial

Bagi warga masyarakat yang tidak bias memberikan bantuan dana, mereka berpartisipasi dengan swadaya tenaga. Kaum pria dan perempuan secara sukarela meluangkan waktu, misalnya mencari pasir sungai untuk keperluan pembangunan jalan.

Kegiatan pembangunan lain yang berhasil direalisasikan adalah pengecoran jalan kampong sepanjang 1.548 meter. Dana Paket yang digelontorkan sebesar Rp. 50 Juta, APBD II Rp. 50 Juta, Desa Rp. 5 Juta, BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Rp. 500 ribu, dan swadaya masyarakat Rp. 4,5 Juta, akhirnya tidak mencukupi guna keperluan pembangunan itu. Belakangan, besar swadaya dana dari warga bertambah menjadi Rp. 28.324.160. Dengan demikian, untuk pengecoran jalan mengeluarkan dana Rp. 133.824.160.

Hasil pembangunan yang dicapai, serta keberhasilan pemerintahan desa tersebut ternyata menarik perhatian mahasiswa Undip yang kemudian melakukan kunjungan selama sehari ke desa terkait pada Sabtu (7/6) lalu.

Untuk mengetahui seluk beluk desa, 45 mahasiswa yang didampingi dosen pembimbing Kus Handayani itu melakukan kunjungan ke lapangan dibagi empat kelompok, Yakni, pembelajaran sector pertanian, pembangunan ekonomi desa, kelembagaan desa, dan pendidikan.

“Tindak lanjut dari kunjungan ini, Desa Bumiayu akan dijadikan laboratorium sosial oleh Fisip Undip,” ungkap Ketua Koordinator Paket P2KP Nunuk Zenubia saat mendampingi kunjungan mahasiswa di lapangan.

Untuk jangka panjang, lanjut dia, pihaknya bersama masyarakat desa berkeinginan mengeloa DAM Gentingan di Dusun Timbang . Dengan pengelolaan DAM oleh masyarakat, diharapkan produktivitas sawah di desa terkait semakin meningkat (Disalin dari Surat Kabar Suara Merdeka tanggal 10 Juni 2008)

»»  SELENGKAPNYA.....

body onmousedown=”return false” oncontextmenu=”return false” onselectstart=”return false”